Selasa, 16 November 2010

“Memesan” Bayi Sehat dan Normal

Pendahuluan

Kehadiran anak merupakan dambaan setiap pasangan suami-istri. Tidak ada seorang pun yang tidak ingin memiliki anak yang normal, mungil, lucu, pintar, cerdas, ceria. Pasti semua orang menginginkannya. Akan tetapi bagaimana dengan pasangan yang memiliki cacat bawaan? Pasti mereka khawatir akan kelahiran anaknya, takut kalau-kalau sama seperti yang dialami orangtuanya.

Revolusi genetika terbaru menawarkan metode seleksi embrio hasil pembuahan pasangan suami-istri pemilik cacat bawaan. Dengan cara ini kelahiran bayi cacat bisa dihindari. Melewati batas norma moralkah tindakan ini? Pelaksanaan seleksi embrio untuk memilih bibit terbaik seperti yang dilakukan di Inggris menurut dr. Singgih Widjaja M.D. tidak bakal dilakukan di Indonesia karena jelas melanggar etika kedokteran.

“Memesan” Bayi Sehat dan Normal

Pasangan suami istri Paul dan Michelle O’brien, warga Burnley, Lancashire, Inggris. Ketika bayi mungil yang mereka dambakan lahir, rupanya sikecil Martin bayi pertama pasangan suami istri ini, meski Nampak normal ternyata mengidap cystic fibrosis. Sejenis kelainan bawaan pada sebagian besar ras Kaukasia yang disebabkan oleh tidak normalnya pengeluaran kelenjar eksokrin. Kelainan ini akan mengakibatkan terjadinya berbagai penyumbatan dalam paru-paru. Dampak fatal lain, pertumbuhan sel tubuhnya berhenti.

Pengidap kelainan yang pada umumnya baru diketahui pada usia 3-4 tahun ini biasanya takkan umur panjang. Paling banter hanya bisa hidup sampai usia remaja.

Tanpa disadari, Paul – Michelle mewarisi gen yang menyebabkan kelainan mengerikan tersebut. Dihantui bayang-bayang kematian yang akan segera merenggut anaknya, ditambah ketakutan mendapatkan bayi serupa pada kehamilan berikutnya, pasangan ini akhirnya memutuskan untuk tak lagi punya anak. Maklum risiko melahirkan bayi cacat amat besar, rasionalnya 1 ddiantara 4 kehamilan. Padahal sebagai orang beriman mereka tak mau melakukan aborsi.

Alternatif Penolong

Metode yang mirip bayi tabung ini cocok bagi pasangan suami-istri yang memiliki gen penyakit turunan tapi mendambakan bayi sehat dan normal. Caranya dengan menyeleksi embrio terbagus dan sehat hasil pembuahan sel telur dan sperma pasangan suami istri yang bermasalah.

Langkah pertama, sang calon ibu diberi obat untuk mengeluarkan sejumlah sel telur sekaligus. Maksimal 25 buah sel telur diambil untuk dimatangkan. Masing-masing sel telur yang sudah dibuahi sperma pasangannya (di laboratorium) didiamkan sampai berkemabang menjadi embrio yang terdiri atas 8 sel. Pada taraf pembiakan sel ini, menurut Bill Gullick dari Royal Post Graduate Medical School Hammersmith, yang banyak meneliti kelainan bawaan, kita masih dapat melihat sampel gen yang masih dihendaki

Melalui pemeriksaan DNA akan terlihat embrio mana yang sehat dan normal serta mana yang berpotensi pe,bawa kecatatan. Lalu dipilih 2 embrio terunggul yang kemudian dimasukkan kedalam rahim si ibu. Bagaimana nasib embrio yang kurang unggul? Ya, terpaksa dibuang. Tindakan inilah yang mengundang kritik moral.

Yang jelas teknik canggih ini mampu menghindari 13 jenis kelainan bawaan serta 15 jenis penyakit kanker keturunann. Penyakit keturunann yang disebutkan antara lain cystic fibrosis, hemofilia, thalassemia, dyslexia dan Alzheimer. Malah nantinya komponen genetika yang menetukan intelegensia dan sifat sang bayi pun bakal dapat dirancang sebelumnya.

Sampai sekarang, sudah 40 bayi dari pasangan bermasalah berhasil dilahirkan dalam keadaan sehat dan normal berkat teknik mutahir yang dilakukan pusat penanggulangan kemandulan RS. Hammersmith, London satu-satunya lembaga di Inggris yang menawarkan program seperti ini.


Kesimpulan

Kehadiran anak merupakan dambaan setiap pasangan suami-istri. Tidak ada seorang pun yang tidak ingin memiliki anak yang normal, mungil, lucu, pintar, cerdas, ceria. Namun siapa yang menyangka kalau cacat bawaan akan membuat khawatir para pasangan suami istri, tetapi sekarang zaman sudah modern, dan teknologi semakin canggih, sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan lagi.

Metode yang mirip bayi tabung ini cocok bagi pasangan suami-istri yang memiliki gen penyakit turunan tapi mendambakan bayi sehat dan normal. Caranya dengan menyeleksi embrio terbagus dan sehat hasil pembuahan sel telur dan sperma pasangan suami istri yang bermasalah.

Referensi

Wied Harry, L.R. Supriyapto Yahya Djati S. 1996. Kumpulan Artikel Psikologi Anak 1. Intisari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar